Sabtu, 06 Oktober 2012

// // Leave a Comment

Jika Demikian


          Sore mendung dengan hujan yang cukup deras mewarnai hari ke enam dibulan oktober tahun 2012. Duduk termenung didepan teras sembari menkmati hembusan angin bercampur titik air. Ditemani sebungkus kretek dan cangkir yang terisi air berwarna hitam. Beberapa hari yang lalu begitu kesusahan dengan adanya kemarau karena air tak kunjung jatuh. Melihat kondisi hujan yang kurasa visualisasinya cukup menyeramkan rasanya kok belum siap. Oke dah itu tadi pengantar yang nggak nyambung dengan topik yang akan dibahas.

           Sembari mencoba menikmati kondisi alam yang berbeda. Otak kembali berputar layaknya kincir dan tiba terhenti. Kata waktu muncul, sebenarnya waktu sudah pernah dibahas tapi ini dilihat dari sudut yang berbeda. Realita yang sering dialami mengenai waktu salah satunya adalah "waktunya masih banyak". Kalimat ini sering membuat kita bisa begitu santai dengan keadaan. Walau ada kalimat yang lanjutan yang muncul "totalan mburi". Namun itu tak membuat goyah untuk memegang kalimat "waktunya masih banyak".
          Beberapa dampak bentuk kata yang bisa didapat dari kalimat bertanda kutip beberapa contohnya adalah meremehkan, tergesa-gesa, panik, blank brain, apa adanya, terbengkalai, pembelajaran (namun kata ini sering diabaikan) dan satu yang masih menjadi kata favorit "keberuntungan". Penjabaran tadi menggambarkan kaitan awal jalan yang kita pilih dari sebuah kata bisa berbuah kata lain yang belum tentu sesuai yang kita inginkan.

          Bercermin dari paragraf diatas, hanya ingin mengajak penggunaan makna anti dari kalimat diatas. Bagaimana jika kita gunakan kalimat "waktunya tinggal sedikit". Apakah kita akan berusaha sebaik mungkin dengan memaksimalkan waktu yang ada, atau kita justru tergerak lesu karena waktu yang tinggal sedikit atau kah dengan hal itu kita bisa lebih menghargai makna sebuah waktu. Karena kita belum tau hasilnya, sebaiknya kita coba selagi kita tidak ada pada kesempatan terakhir. :)

0 comment: